Menyelami arus besar pemikiran Gadamer membutuhkan nyali dan penuh tantangan, karena di samping dia seringkali menggunakan bahasa dan pilihan kata yang polisemik, dia juga rajin menderivasi konsepsi-konsepsi pemikirannya pada konsep-konsep klasik. Dia acapkali merujukkan pikirannya pada Plato, Aristoteles dan Hegel. Verbum interius, eidos, dan historical Conciousness merupakan konsep-konsep genuine mereka yang senantiasa disitir oleh Gadamer.

Gadamer adalah seorang humanis yang selalu rindu dengan kehadiran orang lain. Baginya, orang lain adalah cakrawala yang akan selalu memperkaya cakrawala pengalamannya. Inilah titik tolak kenapa Gadamer menekankan pentingnya “Kesadaran dialogis.” Dengan dialog, menurut Gadamer, kita sebenarnya mempercepat proses untuk menjadi manusia autentik (Dasein).

Buku ini diharapkan tidak hanya menjadi penjelas, tetapi juga pemantik bagi para pembaca yang budiman untuk terlibat secara lebih aktif dalam diskursus hermeneutika kontemporer  dan menghasilkan pemahaman yang segar serta kritis. Selamat membaca dan berdialog dengan keseluruhan teks dalam buku ini.